Iyyakana’budu wa iyya kanas ta’iin. Batanyo ambo ciek pak buk? Samanjak kito alah pandai shalat sampai kito shalat isya tadi mah, Suko Allah dengan Amal Ibadah nan kito amalkan itu bapak-ibuk, kalau Allah alah suko samo kito Allah turunkan samo kito segenap keberkahannyo mah,
Ilustrasi Al-Qur'an Surat Al Fatihah. berfirman, “Saya membagi shalat antara diri-Ku dan hamba-Ku menjadi dua. Untuk hamba-Ku apa yang dia hamba-Ku membaca, “Alhamdulillahi rabbil alamin.”Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku memuji-Ku.”Apabila hamba-Ku membaca, “Ar-rahmanir Rahiim.”Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku mengulangi pujian untuk-Ku.”Apabila hamba-Ku membaca, “Maaliki yaumid diin.”Apabila hamba-Ku membaca, “Hamba-Ku mengagungkan-Ku.” Dalam riwayat lain, Allah berfirman, “Hamba-Ku telah menyerahkan urusannya kepada-Ku.”Apabila hamba-Ku membaca, “Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’in.”Allah Ta’ala berfirman, “Ini antara diri-Ku dan hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku sesuai apa yang dia minta.”Apabila hamba-Ku membaca, “Ihdinas-Shirathal mustaqiim….dst. sampai akhir surat.”Allah Ta’ala berfirman, “Ini milik hamba-Ku dan untuk hamba-Ku sesuai yang dia minta.”HR. Ahmad 7291 dan Muslim 395Arti dan Makna Surat Al Fatihah Ayat 5 iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'inIlustrasi makmum yang sedang mendengarkan imam membacakan Surat Al Fatihah. نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗIyyakaa na’budu wa iyyaaka nasta’iinArtinya “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.”
1000xya wahab, 2016 jasa ilmu terawangan bersama guru, 3gp spritual, agar adik ipar luluh, Ahli spiritual 3gp, Ajian andalan eyang boros anom, Ajian BUMI RENGKO BUMI KUMPOL, Ajian ilmu untuk pijit urut, Ajian ilmu urut kejawen, ajian kolocokro diningrat sejati, Ajian mantra pengirupan, ajian mewujudkn ar, Ajian sastra ningrum, ajian surya kencana
Kejahatan senantiasa mengancam kita setiap saat. Jika suatu saat anda dihadang oleh kejahatan yang datangnya tiba-tiba dan tidak ada seorang pun yg menolong anda, maka lakukan ikhtiar batin berikut ini. Insya Allah akan dikirim bala tentara gaib dari golongan malaikat yang akan membantu anda. Ketika menghadapi kejahatan bacalah ayat berikut 1x “Ya maliki yaumiddin, iyya kana’budu wai iyya kanasta’in” Amalan ini akan mujarab jika anda sering bersedekah, bantuan gaib akan datang sehingga anda akan terhindar dari kejahatan apapun bentuknya. Mabes Laskar Khodam Sakti Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura Solo, Jawa tengah WA +6285879593262 Khusus Bagi Mereka yang telah matang dalam pemahaman konsep Spiritual Salam Persahabatan … Dalam kesempatan berikut ini tibalah pada babak akhir dari keseluruhan postingan Penulis yang membahas tentang Ilmu Kanuragan Tingkat Tinggi yakni serial dari Ajian Serat Jiwa. Sehubungan dengan tugas dan kesibukan Penulis dalam beberapa akhir minggu ini, terasa lama untuk update postingan terbaru … Kini tibalah pada bahasan Ajian Serat Netra Dahana =Ajian Netra Dahana, yang merupakan bagian puncak dari ke-Sepuluh Tingkatan dari Ajian Serat Jiwa. Ajian Serat Netra Dahana, setingkat lebih tinggi dari Ajian Serat Gelang-Gelang, dan di bawah satu Tingkat dari Ajian Waringin Sungsang , dan dua Tingkat di bawah Ajian Lampah Lumpuh dan Ajian Semar Mahameru… PENGANTAR Langsung saja sebut saja dengan “ Ajian Serat Jiwa Tingkat X “, yakni Ajian dalam kajian Ilmu Kanuragan Tingkat Tinggi yang berfungsi untuk Menetralisir kekuatan lawan yang telah atau akan berbuat jahat untuk mencelakai keselamatan diri anda … Menghisap saripati inti energi dari kekuatan lawan yang akan mendzalimi diri anda … Pukulan penakhluk = Pamungkas untuk menghancur leburkan lawan Mengingat betapa mengerikan akibat/efek yang akan ditimbulkan dari penggunaan Ajian Serat Jiwa Tingkat ke Sepuluh ini, maka si-Pemilik Ajian ini haruslah benar-benar seorang Pendekar yang welas asih, mumpuni dan bijaksana … Karena, di dalam mempelajari ajian Serat Jiwa di Tingkat ini secara sempurna tidaklah semudah berucap ludah dan membalikkan telapak tangan. Tetapi menuntut kesadaran anda untuk sudah harus menjadi Manusia Pendekar dan Pendeta yang telah mampu menggabungkan ke empat unsur alam dan ruhani yang ada dalam diri anda, baik secara filsafati pemahaman maupun tata kelakuan dhahir dan bathinnya… Unsur tanah, air, api, dan udara haruslah menjadi satu kesatuan yang terkendalikan secara harmoni di dalam diri kita, sehingga perubahan yang dramatis pada kematangan spiritual itu yang akan menjadi kunci kesempurnaan penguasaan Ajian Serat Jiwa di Tingkat Pamungkas ini… URAIAN MAKNA Netra = Mata, panca indera penglihatan yang berfungsi menampilkan visualisai dari perekaman obyek dhahir, bathin, dan sir = rahasia tersembunyi hakekat, baik melalui saluran mata dhahir maupun bathin yang nantinya akan diinternalisasi ke dalam “Sumber Kekuatan Inti Pribadi” anda … Da = bila disambung dengan Ha menjadi Daha = Kebodohan, ketidaktahuan, kegelapan, yang menjadi penghalang/penghambat dari “Kesucian Pandangan Ruhani” manusia untuk sampai pada Hakekat yang sebenarnya …Sehingga nafsu menjadi kendaraan utama dalam mengarungi samudera kehidupan dunia yang fana ini … Ha = Hawa udara yang bersenyawa dengan api = nafsu, yang menjadi faktor penyebab/penghalang yang utama bagi pandangan ruhani manusia terhijab dan semakin jauh dari pemahaman hakekat akan Kebesaran Yang Maha Kuasa … Na = Naas sial, apes, malang, terlebih lagi bila diartikan “Naar” = Neraka, musibah, bencana merupakan akibat dari mementingkan keserakahan dan kesombongan pada “Hawa Nafsu Duniawi ” hingga kesesatan dan kekafiran yang akan ditemuinya dalam mengarungi luasnya samudera alam ruhaniah untuk kembali kepada-Nya…. Ajian Netra Dahana = Kekuatan Ilmu Kanuragan yang terpusat pada mata dhahir dan bathin dalam mengaplikasi keseluruhan dari fungsi kekuatannya …. Ajian Serat Netra Dahana, ……… bersambung keseri 2 Demikian penjelasan sementara dalam postingan yang dapat Penulis sampaikan dalam kesempatan kali ini … Sekiranya terdapat kelebihan dan kekurangan dalam penyajiannya agar dapat dimaklumi … Wasalaam …. Mabes Laskar Khodam Sakti Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura Solo, Jawa tengah WA +6285879593262 Tubuh yang kuat sangat penting untuk menjalankan aktifitas sehari-hari yang padat khususnya bagi atlet, petarung dll profesi. Bagaimana caranya agar tubuh memiliki kekuatan yang luar biasa dengan menggunakan mantra? berikut mantranya BISMILLAH KUAT ADAM KUAT HAWA, KUAT AKU TUJUH EKOR UNTA, GAGAH AKU TUJUH PERKARA, BERKAT DOA LAILLAHAILLAH MUHAMMAD ROSULULLOH Bacalah mantra diatas 1x sambil menyapu dengan menggunakan tangan seluruh badan anda dari kepala hingga ke kaki. Mabes Laskar Khodam Sakti Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura Solo, Jawa tengah WA +6285879593262
Pleasevisit Selamat Wisuda To read interesting posts.
Kejahatan senantiasa mengancam kita setiap saat. Jika suatu saat anda dihadang oleh kejahatan yang datangnya tiba-tiba dan tidak ada seorang pun yg menolong anda, maka lakukan ikhtiar batin berikut ini. Insya Allah akan dikirim bala tentara gaib dari golongan malaikat yang akan membantu anda. Ketika menghadapi kejahatan bacalah ayat berikut 1x “Ya maliki yaumiddin, iyya kana’budu wai iyya kanasta’in” Amalan ini akan mujarab jika anda sering bersedekah, bantuan gaib akan datang sehingga anda akan terhindar dari kejahatan apapun bentuknya. Mabes Laskar Khodam Sakti Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura Solo, Jawa tengah WA +6285879593262
يَاحَلِيْمُ يَا حَنَّانْ يَا مَالِكُ يَا مُبِينْ وَلَا نَطْلُبُ شَيْئاً إِلَّا أَنْتَ
Apa makna iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin? Allah Ta’ala berfirman, بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ 1 الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ 2 الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ 3 مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ 4 إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ 5 اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ 6 صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ 7 Artinya Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Rabb seluruh alam, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Pemilik hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan jalan mereka yang dimurkai, dan bukan pula jalan mereka yang sesat. QS. Al-Fatihah 1-7 Kali ini adalah kajian ayat, إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah mengatakan, { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } أَيْ نَخُصُّكَ بِالعِبَادَةِ مِنْ تَوْحِيْدٍ وَغَيْرِهِوَنَطْلُبُ المَعُوْنَةَ عَلَى العِبَادَةِ وَغَيْرِهَا . “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” Maksudnya, kami hanya mengkhususkan ibadah kepada Allah dengan bertauhid dan lainnya. Kami memohon pertolongan hanya kepada Allah dalam beribadah dan untuk urusan lainnya.” Sudah baca pembahasan sebelumnya? Simak Tafsir Surat Al-Fatihah Ayat 4 Memahami Maaliki Yaumiddiin Catatan dari apa yang disampaikan dalam tafsir Jalalain Ibadah itu hanya untuk Allah semata. Bertauhid mengesakan Allah itulah maksud dari “iyyaka na’budu”, kepada-Mulah kami beribadah. Meminta tolong kepada Allah itulah maksud dari “wa iyyaka nasta’iin”, dan isti’anah meminta tolong di sini hanya dilakukan kepada Allah dalam hal yang hanya bisa diselesaikan oleh-Nya. Manusia tidak bisa lepas dari pertolongan Allah untuk dimudahkan dalam urusan dan berbagai ibadah. Mendalami makna “Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’iin” Syaikh As-Sa’di rahimahullah menerangkan sebagaimana berikut ini Ayat tersebut maksudnya “hanya kepada-Mu sajalah kami menyembah dan memohon pertolongan”. Karena mendahulukan objek maf’ul berfungsi untuk membatasi hashr, yaitu menetapkan hukum yang telah disebut dan meniadakan yang lainnya. Seola-olah kita mengucapkan Kami hanya beribadah kepada-Mu bukan kepada selain-Mu, kami hanya memohon pertolongan kepada-Mu bukan kepada selain-Mu. Mendahulukan penyebutan ibadah sebelum isti’anah meminta tolong merupakan bentuk penyebutan umum sebelum khusus dan sebagai bentuk perhatian didahulukannya hak Allah atas hak hamba-Nya. Makna ibadah mencakup setiap perkara yang dicintai dan diridai oleh Allah, baik perbuatan dan perkataan, yang lahir maupun batin. Sedangkan isti’anah adalah penyandaran diri kepada Allah untuk mendapatkan manfaat dan menolak mudarat dengan didasari keyakinan kepada-Nya dalam mencapai hal tersebut. Beribadah dan memohon pertolongan kepada-Nya merupakan dua sarana untuk menggapai kebahagiaan yang abadi dan keselamatan dari seluruh kejelekan. Maka, tidak ada jalan menuju keselamatan kecuali dengan melaksanakan kedua hal tersebut beribadah dan meminta tolong kepada Allah. Ibadah disebut ibadah jika pelaksanaannya sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan hanya mengharap wajah Allah semata. Dua hal ini mengikuti tuntunan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan ikhlas merupakan syarat diterimanya ibadah. Penyebutan isti’anah diakhirkan setelah penyebutan ibadah, padahal isti’anah merupakan bagian dari ibadah, adalah untuk menunjukkan bahwa seluruh ibadah itu membutuhkan pertolongan Allah. Jika Allah tidak memberikan pertolongan dalam ibadah, niscaya tidak akan mendapatkan apa yang diinginkan dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya atau menjauhi larangan-larangan-Nya. Lihat Tafsir As-Sa’di, hlm. 25-26 Ayat ini mengajarkan untuk kita agar berlepas diri dari syirik dan tidak boleh bergantung pada kekuatan sendiri Ibnu Katsir rahimahullah berkata, وقدم المفعول وهو { إياك } ، وكرر؛ للاهتمام والحصر، أي لا نعبد إلا إياك، ولا نتوكل إلا عليك، وهذا هو كمال الطاعة. والدين يرجع كله إلى هذين المعنيين Maf’ul objek yaitu “iyyaka” didahulukan penyebutannya dan berulang untuk menunjukkan perhatian dan pembatasan. Maksudnya adalah tidaklah kami beribadah kecuali kepada-Mu semata, tidaklah kami bertawakkal kecuali hanya kepada-Mu. Inilah kesempurnaan ketaatan. Agama itu kembali ke kedua makna ini. وهذا كما قال بعض السلف الفَاتِحَةُ سِرُّ القُرْآنِ، وَسِرُّهَا هَذِهِ الكَلِمَةُ { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } [الفاتحة 5] Inilah sebagaimana sebagian salaf mengatakan, “Surah Al-Fatihah itu inti Al-Qur’an. Inti dari surah Al-Fatihah adalah pada ayat “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin”. فالأول تبرؤ من الشرك، والثاني تبرؤ من الحول والقوة، والتفويض إلى الله عز وجل. وهذا المعنى في غير آية من القرآن Kalimat pertama “hanya kepada-Mu-lah kami beribadah” mengandung makna berlepas diri dari syirik. Kalimat kedua “hanya kepada-Mu-lah kami memohon pertolongan” mengandung makna berpelas diri dari usaha dan kekuatan sendiri, lalu berserah diri kepada Allah. وهذا المعنى في غير آية من القرآن، كما قال تعالى Makna seperti ini juga ditemukan dalam ayat lainnya seperti pada ayat. فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ ۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ “Maka sembahlah Allah, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.” QS. Hud 123 قُلْ هُوَ الرَّحْمَنُ آمَنَّا بِهِ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا “Katakanlah “Dialah Allah Yang Maha Penyayang kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya-lah kami bertawakkal.” QS. Al-Mulk 29 رَبَّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلا “Dialah Rabb masyrik yang di timur dan maghrib di barat, tiada Rabb yang berhak disembah melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung.” QS. Al-Muzammil 9 وكذلك هذه الآية الكريمة { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } . Demikian pula ayat yang mulia ini “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin”. Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, 1206 Kalam Ghaib Beralih ke Mukhathab Ibnu Katsir rahimahullah berkata, وتحول الكلام من الغيبة إلى المواجهة بكاف الخطاب، وهو مناسبة ، لأنه لما أثنى على الله فكأنه اقترب وحضر بين يدي الله تعالى؛ فلهذا قال { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } “Penyebutan kalimat dalam bentuk pujian masih dalam bentuk ghaib membicarakan orang ketigha, kemudian beralih pada bentuk orang kedua di ayat “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin”, seakan-akan yang membaca itu dekat dan hadir di hadapan Allah. Oleh karena itu, ayat tersebut dibaca iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin’.” Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, 1206 Ibadah itu maqshudah, meminta tolong isti’anah itu wasilah Ibnu Katsir rahimahullah berkata, وإنما قدم { إياك نعبد } على { وإياك نستعين } لأن العبادة له هي المقصودة، والاستعانة وسيلة إليها، والاهتمام والحزم هو أن يقدم ما هو الأهم فالأهم، والله أعلم. “Didahulukannya “iyyaka na’budu” hanya kepada-Mulah kami beribadah dari “wa iyyaka nasta’iin” hanya kepada-Mulah kami meminta pertolongan karena ibadah itu maqshudah yang jadi tujuan. Sedangkan isti’anah meminta tolong itu adalah wasilah pada tujuan tadi. Yang jadi perhatian dan kemantapan adalah mendahulukan yang lebih penting dahulu dari lainnya. Wallahu a’lam.” Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, 1207 Menghilangkan riya’ dan sifat sombong Kalimat “iyyaka na’budu” hanya kepada-Mulah kami beribadah ini menolak riya’. Sedangkan kalimat “wa iyyaka nasta’iin” hanya kepada-Mulah kami meminta pertolongan ini menolak sifat sombong karena kita bisa melakukan ketaatan hanya dengan pertolongan dari Allah. Pernyataan seperti ini disebutkan oleh Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qayyim rahimahumallah. Lihat At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil Tafsir Surah Al-Baqarah fii Sual wa Jawab, hlm. 51. Faedah ayat Kita diperintahkan memurnikan ibadah hanya kepada Allah. Kita diperintahkan meminta tolong hanya kepada Allah semata dalam perkara yang hanya Allah yang dapat menyelesaikannya. Referensi At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil Tafsir Surah Al-Baqarah fii Sual wa Jawab. Syaikh Musthafa Al-Adawi. Penerbit Maktabah Makkah. Tafsir Al-Jalalain. Cetakan kedua, Tahun 1422 H. Jalaluddin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Al-Mahalli dan Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthi. Ta’liq Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury. Penerbit Darus Salam. Tafsir Jalalain. Penerbit Pustaka Al-Kautsar Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Juz Amma. Cetakan ketiga, Tahun 1424 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsuraya. Tafsir As-Sa’di. Cetakan kedua, Tahun 1433 H. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar-Risalah. Baca pembahasan selanjutnya Tafsir Surat Al-Fatihah Ayat 6 dan 7 Memahami Shirathal Mustaqim Jalan Lurus Disusun di Darush Sholihin, 27 Ramadhan 1441 H 19 Mei 2020 Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel
QgMa. 463 176 445 314 270 28 170 392 328
amalan iyya kana budu waiyya kanastain